Sabtu, 03 November 2012

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)



BAB I
PENDAHALUAN

A.      LATAR BELAKANG
       Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat, sehingga berpengaruh pada daya beli dan prilaku masyarakat menyebabkan terjadinya penurunan status gizi.
       Kurang Energi Kronik (KEK) adalah salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia selain Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi Besi (AGB). Di Indonesia banyak terjadi kasus Kurang Energi Kronik (KEK) terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama maka akan terjadi Kurang Energi Kronik (KEK) ini.
            Ibu hamil dan remaja putri adalah golongan yang rawan terkena Kurang Energi Kronik (KEK). Hal ini diakibatkan karena pada remaja sering terjadi masalah anemia, defisiensi besi dan kelebihan atau kekurangan berat badan. Kajian susenas menunjukkan proporsi Wanita Usia Subur ( WUS ) umur 15-49 tahun dengan Lingkar Lengan Atas ( LLA < 23,5 ) pada tahun 2000 berisiko Kurang Energi Kronik ( KEK ) mencapai 21,5% ( Depkes, 2001 ). Untuk mengatasi hal ini pemerintah  mempunyai program makanan tambahan sehingga perempuan dan anak-anak yang terdeteksi memiliki berat badan kurang akan diberi makanan tambahan dan saran ketika mereka datang ke puskesmas untuk memantau pertumbuhan.
       Penting untuk mengetahui masalah Kurang Energi Kronik (KEK) ini agar kita dapat mencegah dan membantu program pemerintah. Untuk itulah pada makalah ini kita akan membahas lebih lanjut mengenai Kurang Energi Kronik (KEK) khususnya kepada remaja putri.

B.       Rumusan Masalah
1.        Apakah pengertian dari Kurang Energi Kronik (KEK)?
2.        Apakah tanda-tanda dan penyebab Kurang Energi Kronik (KEK) ini?
3.        Bagaimana mendeteksi dini Kurang Energi Kronik (KEK)?
4.        Bagaimana mencegah Kurang Energi Kronik (KEK)?
5.        Bagaimana cara mengatasi risiko Kurang Energi Kronik (KEK)?

C.      Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui pengertian Kurang Energi Kronik (KEK).
2.        Untuk mengetahui tanda-tanda dan penyebab Kurang Energi Kronik (KEK).
3.        Untuk mengetahui cara mendeteksi Kurang Energi Kronik (KEK).
4.        Untuk mengetahui Pencegahan Kurang Energi Kronik (KEK).
5.        Untuk mengetahui cara mengatasi risiko Kurang Energi Kronik (KEK).
6.        Sebagai tugas mata kuliah Dasar-dasar Gizi





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kurang Energi Kronik (KEK)
Kurang Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Istilah Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO). Kurang energi kronik merupakan jenis KEP akibat kurang energi yang lebih menonjol dari kurang proteinnya. WHO juga menggunakan istilah kurus untuk KEK ini. Kurus berdasarkan tingkat keparahannya terbagi menjadi tiga, yaitu kurus tingkat ringan (mild), sedang (moderate), dan berat (severe) atau orang yang kurus sekali.
       Risiko Kurang Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
       Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Kurang Energi Kronik (KEK) dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).

B.       Tanda-tanda dan penyebab Kurang Energi Kronik (KEK)
Adapun tanda-tanda terjadinya Kurang Energi Kronik (KEK), yaitu :
1.    Lingkar Lengan Atas sebelah kiri kurang dari 12,5 cm.
2.    Kurang cekatan dalam bekerja.
3.    Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.
4.    Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berta badan lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.
Dari tanda-tanda ini, dapat diketahui penyebab dari kekurangan energi kronik (KEK), yaitu :
1.     Faktor ekonomi, seperti kemiskinan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2.    Keinginan untuk kurus demi pekerjaan atau obsesi terhadap tubuh yang kurus.
3.    Faktor pola konsumsi, pola konsumsi dapat mempengaruhi status kesehatan remaja putri , dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan atau penyakit pada remaja. Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.
4.    Faktor perilaku, seperti kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kafein. Kafein bukan merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, karena efek yang ditimbulkan kafein lebih banyak yang negative daripada positifnya, salah satunya adalah gangguan pencernaan. Dengan adanya gangguan pencernaan makanan maka akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan janin.


C.      Mendeteksi Dini Kurang Energi Kronik (KEK)
Dalam mendeteksi dini Kekurangan Energi Kronik (KEK), terdapat cara-cara atau tehnik pendeteksian yaitu :
a.       Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai pita LILA.
b.      Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang Energi Kronik (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.
c.       Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren dan tempat kerja.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendeteksian:
1.      Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
2.      Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang.
3.      Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat, sehingga permukaannya sudah tidak rata.
D.      Mencegah Kurang Energi Kronik (KEK)
       Indeks massa tubuh yang normal pada usia remaja dapat menghindarkan dari kondisi penyakit yang terkait gizi pada usia remaja. Hal ini dapat diwujudkan dengan makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein, termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi, kentang, daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-anak atau remaja yang tidak terlalu suka makan. Hanya memberikan ASI kepada bayi sampai usia 6 bulan mengurangi resiko mereka terkena muntah dan mencret (muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang.  
       Remaja dan anak-anak yang sedang sakit sebaiknya tetap diberikan makanan dan minuman yang cukup. Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah cacingan.
       Selain itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama dalam mencukupi kebutuhan akan makanan bergizi. Memberikan pengertian bagi mereka dengan profesi yang menuntut memiliki tubuh kurus tentang bahaya tubuh yang terlalu kurus apalagi jika mereka menguruskan badan dengan cara tidak lazim, seperti anoreksia atau bulimia.
E.       Mengatasi risiko Kurang Energi Kronik (KEK).
Salah satu ukuran untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronik (KEK) pada WUS adalah ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23.5 cm. Caranya dengan menggunakan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronik (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai risiko Kurang Energi Kronik (KEK). Bila remaja putri menderita risiko Kurang Energi Kronik (KEK)  segera dirujuk ke puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita Kurang Energi Kronik (KEK) dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka ragam.

  
BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
1.        Kurang Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.
2.        Salah satu tanda-tanda Kurang Energi Kronik (KEK) adalah Lingkar Lengan Atas sebelah kiri kurang dari 12,5 cm. Penyebab Kurang Energi Kronik (KEK) sendiri beragam, seperti pola konsumsi, ekonomi dan prilaku.
3.        Mendeteksi dini kurang Energi Kronik (KEK) dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai pita LILA.
4.        Mencegah kurang Energi Kronik (KEK) dapat dilakukan dengan makan makanan sehat, pemberian asi ketika bayi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
5.        Mengatasi kurang Energi Kronik (KEK) dengan menggunakan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).

B.       SARAN
Disarankan kepada remaja putri untuk memperhatikan gizi dan pola makan sehari-harinya, lebih meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung sumber zat besi seperti sayuran hijau, potein hewani (susu, daging, telur) serta penambahan suplemen zat besi. Selain itu dalam mengefisienkan program pemerintah, petugas kesehatan sebaiknya lebih meningkatkan penyuluhan atau promosi kesehatan tentang gizi seimbang.



1 komentar:

  1. What is the best casino and how to play it? - Dr
    When a gambler plays for a casino, the 속초 출장샵 game is as simple as 문경 출장샵 it gets. For 토토사이트 many gambler gamblers, the game is as 동두천 출장안마 simple as it 광주 출장안마 gets.

    BalasHapus